Lampion merupakan salah satu jenis lampu tertua yang ada di dunia sebab sudah digunakan sejak zaman kerajaan Cina kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Salah satu jenis lampion pertama yang digunakan adalah lampion gantung. Lampion sendiri merupakan sebuah jenis lampu dimana biasanya memiliki bentuk dan desain yang beragam dimana sumber cahaya lampion sendiri seperti lilin diletakkan di dalam kerangka lampion. Pada saat ini lampion yang seringkali ditemui di berbagai macam acara dan perayaan besar merupakan desain lampion sederhana. Dimana lampion yang menerapkan desain sederhana hanya memerlukan dua bahan utama yaitu bahan kerangka yang pada umumnya menggunakan rotan atau kawat besi dan bahan pembungkus kerangka yang biasanya menggunakan kertas minyak atau kain.

Namun tidak banyak yang tahu bahwa pada zaman dahulu lampion gantung lebih sering menggunakan kain sutra atau kulit hewan hasil buruan sebagai bahan pembungkus kerangka dasar lampion. Penggunaan kertas sebagai bahan pembungkus kerangka lampion baru diterapkan pada zaman Dinasti Han Timur sekitar tahun 25 sampai dengan 220 M. Pada saat itu salah satu penduduk Tiongkok yang bernama Cailun pertama kali menemukan teknik pembuatan dan pengolahan kertas. Lampion sendiri merupakan salah satu atribut budaya Tionghoa yang sangat melekat dengan perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Pada umumnya di dalam perayaan tersebut jenis lampion yang digunakan adalah lampion gantung berbentuk oval dengan warna merah dan rumbai kain atau tasel emas dibagian bawah lampion. Pendaran cahaya merah yang dihasilkan oleh lampion tersebut membawa sebuah simbol tersendiri di setiap perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Warna merah dari lampion dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan di tahun yang baru serta dapat mengusir hal-hal jahat atau bencana-bencana yang mungkin akan datang.

Lampion gantung sebagai desain lampion tertua

Tidak banyak penduduk asli dengan kebudayaan Tionghoa yang mengetahui bahwa penggunaan lampion gantung telah diterapkan sejak zaman Dinasti Han sekitar 2000 tahun yang lalu. Pada saat itu penggunaan lampion gantung hanya digunakan di istana kerajaan dimana lampion dianggap sebagai salah satu lampu simbol kerajaan. Seiring dengan berjalannya dinasti pemerintahaan Kerajaan Cina maka penggunaan lampion gantung telah disahkan sebagai atribut kebudayaan khas pada setiap perayaa Imlek. Namun sejak zaman Dinasti Ming Zhu Yuan Chang jenis lampion bertambah karena pada saat itu sekitar tahun 1368 sampai dengan 1644 M pihak kerajaan meletakkan ribuan lampion apung di sepanjang sungai yang secara sengaja dibiarkan mengambang dengan tujuan untuk memproklamasikan Ibu Kota Negara Nanjing.

Lampion gantung menurut sejarahnya menjadi jenis pertama dari lampion yang memotivasi berbagai negara untuk menciptakan desain lampion yang menggambarkan negara masing-masing. Sebagai contoh lampion Jepang yang menggunakan bahan dasar bambu sebagai bahan utama pembentuk rangka lampion. Lapisan pembungkus luar lampion juga selalu menggunakan bahan yang polos sehingga lampion khas Jepang terlihat lebih sederhana dengan bentuk kapsul atau kotak. Sedangkan lampion khas Cina memiliki bentuk dasar oval dengan warna merah yang mendominasi lapisan pembungkus luar lampion. Pada umumnya lampion khas Cina juga dilengkapi dengan tulisan-tulisan kaligrafi Mandarin di bagian pembungkus sesuai dengan festival yang sedang dirayakan. Kaligrafi-kaligrafi Mandari yang digunakan biasanya meliputi tulisan Xin Nian Kuai Le yang berarti selamat tahun baru, Gong Xi Fa Cai yang berarti semoga beruntung atau makmur, dan Shen Ti Jian Kang yang berarti semoga sehat selalu. Tak kalah ketinggalan bahwa Vietnam juga memiliki desain lampion khusus yang memiliki bentuk hampir menyerepai balon udara yang dihiasi dengan hiasan tasel pada bagian bawah lampion.

Legenda unik di balik lampion gantung

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa penggunaan lampion gantung sebagai salah satu jenis lampu kekaisaran pertama di Cina memiliki cerita unik dibalik penggunaannya. Asal usul penggunaan lentera gantung pertama kali berasal dari sebuah legenda pada masa Dinasti Qing yang terdapat pada era Yongzhen. Pada saat itu terdapat seorang pria tua renta yang berasal dari provinsi Hebei yang dikenal piawai dalam membuat kerajinan lentera dengan dominasi warna merah menyala. Pria tua tersebut di dalam kesehariannya menjual lentera hasil karyanya di pasar yang terletak di Distrik Gaochen. Pada suatu hari datang seorang hakim yang sangat tertarik dengan lentera buatan pria renta tersebut sehingga ia memutuskan untuk membeli semua lentera hasil karya pria renta itu.

Sang hakim sangat memuja lentera yang dianggapnya sangat indah sehingga ia menyimpan seluruh lentera tersebut sebagai bagian dari harta kekayaannya. Tidak berselang lama ternyata Kaisar yang sedang berkuasa pada saat itu mengumumkan kepada seluruh warga bahwa masa itulah merupakan masa pengumpulan upeti untuk kerajaan. Sehingga akhirnya sang hakim tadi memutuskan untuk mengirimkan lentera yang baru saja ia beli sebagai salah satu upeti untuk kerajaan. Saat lentera tersebut sampai di istana, tidak disangka bahwa Kaisar juga sangat mengagumi lentera itu dan memerintahkan para penjaga istana untuk memasang lentera dengan model yang sama di sekitar kerajaan. Sehingga hal tersebut sering disebut sebagai awal mula penggunaan lampion gantung di kerajaan Cina.

Desain lampion gantung modern dari Jezina

Seperti yang kita ketahui bahwa lampion gantung merupakan salah satu jenis lampion tertua yang pernah digunakan di dalam sejarah karena sudah dimulai sejak 2000 tahun yang lalu. Sehingga jenis lampion ini paling banyak memiliki variasi desain dan motif yang disesuaikan dengan kebutuhan digunakannya lampion gantung. Salah satu produsen lampion yang menyediakan beragam lampion gantung dengan desain unik baik dengan kesan konvensional maupun modern adalah Jezina light. Jezina grup sudah dikenal hampir diseluruh wilayah di Indonesia bahkan di manca negara sebagai produsen penghasil lampion berkualitas dan terpercaya. Di Indonesia sendiri lampion gantung lebih sering ditemukan di dalam perayaan Imlek di dalam kebudayaan Tionghoa yakni pada hari ke 15 di bulan pertama di dalam kalender Tionghoa.

Namun seiring dengan berkembangnya zaman lampion gantung saat ini dapat kita temukan hampir di setiap tempat. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lampion gantung bisa bersifat sangat fleksibel sebab desain dan motif yang ditawarkan juga sangat beragam. Sebagai contoh lampion gantung dengan bentuk kotak bertingkat yang disediakan oleh Jezina light. Lampion dengan desain tersebut pada umumnya terdiri dari beberapa bentuk kubus yang disusun secara vertikal dimana masing-masing kubus tersebut memiliki warna yang beragam yang biasanya disesuaikan dengan keinginan konsumen. Lampion gantung jenis tersebut dapat digunakan sebagai lampu hias di dalam rumah, lampu tidur, atau bahkan lampu hias untuk cafe-cafe modern.

Selain lampion gantung dengan bentuk bertingkat, Jezina Light juga menyediakan desain lainnya yang tidak kalah menarik yaitu lampion gantung yang menyerupai bentuk guci di dalam film animasi aladin. Pada desain lampion ini penggunaannya lebih banyak diterapkan sebagai salah satu objek desain interior karena bentuk lampionnya yang sangat unik. Lampion dengan bentuk guci aladin menggunakan kerangka kawat besi untuk membentuk konstruksi guci yang kokoh. Kemudian di bagian luar dibungkus dengan kertas minyak yang terkenal akan ketahanannya yang baik terhadap air. Lalu tidak lupa untuk mempercantik tampilannya di bagian bawah guci yang berbentuk lancip diletakkan rumbai-rumbai dari bahan benang.